[ad_1]
JAKARTA – Guru Besar Filsafat Moral, Franz Magnis Suseno atau Romo Magnis menyoroti pernyataan Capres Prabowo Subianto tentang ‘Ndasmu Etik’ dalam debat Capres beberapa waktu lalu.
Dia lantas mempertanyakan, apakah masyarakat Indonesia mau dipimpin oleh orang yang menodai etika.
“Kan sekarang kita menghadapi situasi etika ndasmu, apa kita mau dipimpin oleh orang yang menodai etika? Itu serius loh, tanpa etika kekuasaan merosot,” ujar Franz dalam Talkshow yang digelar Alumni SMA Top GUN di Triboon Jeruk Purut, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Minggu (28/1/2024).
Awalnya, Farnz menyinggung tentang situasi politik dalam Pemilu 2024 dewasa ini dalam kondisi genting. Dia pun menceritakan, sejatinya dalam memilih Capres-cawapres, dia berprinsip untuk tak memilik pasangan yang dinilainya paling buruk.
“Apakah situasi itu genting, iya, iya, iya. Saya mau sedikit jelaskan situasi genting itu, kemarin saya ditanyai sahabat saya Din Syamsuddin (Muhammad Sirajuddin Syamsuddin), Romo pilih siapa, saya jawab saya pegang pada prinsip saya, pokoknya jangan yang terburuk, yang terpilih yang lain, jadi saya akan putuskan kemudian,” tuturnya.
Dia menerangkan, dia sejatinya tak punya masalah dengan pasangan Capres-Cawapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Capres-cawapres Ganjar Prabowo-Mahfud MD. Namun, saat dia diundang dalam kegiatan Anies, dia menolaknya dan kini dia justru hadir dalam kegiatan yang isinya penggalangan dukungan untuk Ganjar-Mahfud.
“Saya tak punya masalah dengan pasangan AMIN, Anies-Muhaimin dan juga dengan pasangan Ganjar-Mahfud. Lalu, saya diminta ikut suatu acara Anies, dua hari lagi saya menolak, dengan alasan kaki saya belum begitu baik,” ujarnya.
Follow Berita Pikirpediadi Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Pikirpediahanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya
Dia lantas mengungkap, alasan dia menyebutkan situasi pilitik dalam Pemilu 2024 kondisinya genting lantaran dalam reformasi, banyak orang meninggal dan menjadi korban demi tegaknya demokrasi dan hak-hak asasi manusia atas dasar Pancasila, Keyakinan, dan Etika.
Namun kini, etika justru dinodai hingga adanya tanda-tanda Pemilu mendatang bakal dipengaruhi penguasa dan tanda-tanda manipulasi.
“Kan sekarang kita menghadapi situasi etika ndasmu, apa kita mau dipimpin oleh orang yang menodai etika, itu serius loh tampak etika kekuasaan merosot, paling-paling kekuasan yang disebut oligarki dan sebagainya, saya melihat ada tanda-tanda sekarang juga bukan hanya arah pemilihan mau dipengaruhi oleh penguasa, tapi tanda-tanda manipulasi,” paparnya.
Kalau itu betul, sambungnya, masyarakat dapat kesan pemilihan yang akan datang tanggal 14 itu akan dicuri.
“Betul-betul dicuri, kita dalam situasi gawat yah, lebih gawat dari sebelum reformasi,” katanya.