[ad_1]
JAKARTA – Sumber Daya Manusia (SDM) perawat di Indonesia dianggap memiliki kualitas untuk dapat bersaing dengan pangsa global. Namun, untuk dapat mencapai hal tersebut, diperlukan sekolah keperawatan yang memadai di Tanah Air.
International Test Center (ITC), perwakilan resmi CGFNS International di Indonesia meluncurkan CGFNS Global Passport Vault (GPVault) dan International Standards for Professional Nurses (ISPN). GPVault merupakan sebuah program sebagai layanan baru yang dapat digunakan tanpa memungut biaya (gratis).
Program GPVault diperkenalkan sebagai layanan baru yang memungkinkan perawat untuk menyimpan dokumen evaluasi kredensial mereka sejak mereka masih menjadi mahasiswa. Hal ini akan mempermudah proses mobilitas global ketika mereka lulus dan menjadi perawat berlisensi.
Selain GPVault, ITC dan CGFNS juga meluncurkan program International Standards for Professional Nurses (ISPN) sebagai bagian dari upaya pengembangan karier dan peningkatan pengetahuan keperawatan dengan standar internasional.
ISPN adalah ujian keperawatan berstandar internasional yang dirancang sebagai benchmarking pengetahuan perawat dengan mengadopsi standar internasional. Dengan demikian, ISPN diharapkan dapat membantu perawat Indonesia dalam mobilitas dan pengembangan karier mereka.
CEO International Test Center (ITC) Jenny Lee mengatakan bahwa program GPVault dianggap sebagai inovasi terbaru dalam bidang pendidikan dan pengembangan karier keperawatan di Indonesia.
“Peluncuran program GPVault, yang diprakarsai oleh CGFNS, merupakan terobosan baru dalam pendidikan dan pengembangan karier keperawatan. Layanan tanpa biaya dan inovatif tersebut, saat ini akan memungkinkan mahasiswa keperawatan tahun ketiga dan keempat menyimpan dokumen evaluasi kredensial mereka dengan aman, menawarkan platform dinamis untuk pengelolaan yang lancar dan berbagi informasi penting, kata Jenny Lee, Selasa (30/1/2024).
Follow Berita Pikirpediadi Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Pikirpediahanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya
Kebijakan Pemerintah untuk Meningkatkan Migrasi Keperawatan Internasional
Direktur Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan, Anna Kurniati turut menjelaskan bagaimana kondisi studi keperawatan serta strategi pemerintah yang mendorong perawat dalam melakukan mobilitas keperawatan. Menurut data yang dipaparkan oleh nya, terdapat 702.460 perawat yang terdaftar di Indonesia.
Anna juga menjelaskan, Indonesia memiliki total 793 studi keperawatan yang terdiri dari 431 pendidikan kejuruan dan 380 pendidikan profesional keperawatan. Setiap tahunnya, Indonesia berhasil menghasilkan 64.887 perawat.
Saat ini, perawat di Indonesia memiliki rasio sebesar 25 per 1.000 populasi, sehingga ketersediaan jumlah perawat sebenarnya sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan nasional layanan kesehatan Indonesia.
Dari segi pasar internasional, Indonesia berhasil mengirimkan 5.391 ke lebih dari 12 negara selama 5 tahun terakhir. Angka tersebut masih dianggap rendah karena hanya mampu mengisi 22,3% kebutuhan suster di dunia.
Anna menjelaskan adanya strategi pemerintah untuk meningkatkan manajemen migrasi keperawatan internasional yaitu:
1. Manfaatkan Penelitian: memanfaatkan penelitian migrasi untuk keberlanjutan program dan mengoptimalkan manfaat bagi semua pihak
2. Jaringan Global: menciptakan platform bagi tenaga kesehatan untuk berjejaring secara internasional
3. Pengakuan atas kredensial internasional: Mengupayakan pengakuan internasional kualifikasi dokumen kredensial untuk menyederhanakan proses program migrasi
Adapun tantangan bagi perawat Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri meliputi penguasaan bahasa asing, pemahaman posisi pekerjaan, pengetahuan yang komprehensif tentang negara tujuan, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan budaya baru.
Kerjasama Dengan 14 Perguruan Tinggi Keperawatan Indonesia
Ketua Umum Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) dan juga Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia (UI) Agus Setiawan turut membagikan bagaimana praktik yang dilakukan oleh Universitas Indonesia dan berbagai kampus anggota AIPNI untuk mendukung mobilitas dan pengembangan karier perawat.
Menurut Agus, studi keperawatan bersifat penting agar dapat menciptakan SDM keperawatan Indonesia yang berkualitas dan dapat bersaing.
“Perawat menjadi tonggak pelayanan kepada pasien. Penting untuk meningkatkan kapasitas perawat untuk bersaing secara global,” ujarnya.
Sebagai penghargaan atas komitmen perguruan tinggi dalam mendukung program GPVault, ITC dan CGFNS memberikan Partnership Initiative Award kepada 14 Perguruan Tinggi terakreditasi nasional yang telah berkomitmen mendukung GPVault.
Ke-14 perguruan tinggi tersebut adalah:
1. Universitas Indonesia
2. Universitas Gadjah Mada
3. Universitas Syiah Kuala
4. Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta
5. Universitas Dirgantara Marsekal Suryadharma
6. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
7. Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
8. Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak
9. Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
10.Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta
11. Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III
12.Stikes Budi Luhur Cimahi
13.Politeknik Harapan Bersama Tegal
14.Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Dengan adanya kerjasama ini, ITC dan CGFNS International berharap dapat memberikan kontribusi positif dalam mendukung pengembangan studi keperawatan di Indonesia. Nantinya, perguruan tinggi di Indonesia dapat menghasilkan perawat-perawat berkualitas yang turut dapat bersaing dengan pasar internasional.