Example 728x250
Berita

Kisah Kesaktian Kiai Abbas Cirebon, Konon Bisa Terbang dan Jatuhkan Pesawat Belanda : PikirpediaNasional

×

Kisah Kesaktian Kiai Abbas Cirebon, Konon Bisa Terbang dan Jatuhkan Pesawat Belanda : PikirpediaNasional

Share this article

[ad_1]

SURABAYA – Selain KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Chasbullah yang tersohor sebagai inisiator Resolusi Jihad, sebenarnya ada dua kiai yang memiliki andil besar dalam pertempuran 10 November 1945. Kedua kiai itu adalah Kiai Abbas dari Cirebon dan Kiai Muhaimina dari Temanggung, Jawa Tengah.

“Sebelum orang-orang berangkat perang ke Surabaya. Kiai Hasyim memberikan komando agar warga tidak berangkat dulu ke Surabaya menunggu Kiai Abbas datang. Saat di Jombang, mbah Hasyim berkata kepada masyarakat yang akan perang, jangan berangkat dulu kita tunggu teman saya dari Cirebon. sesaat kemudian Kiai Abbas muncul berada dalam barisan dan pasukan langsung berangkat,” kata cucu KH Wahab Chasbullah, Abdul Latif Malik.

Ia menjelaskan, Kiai Abbas berasal dari Pondok Pesantren Buntet, Cirebon. Kiai ini merupakan sahabat dari KH Hasyim Asy’ari. Kiai Abbas ini, lanjut Gus Latif, dijuluki sebagai angkatan udara NU.

Berdasarkan keterangan yang diterimanya, kata Gus Latif, Kiai Abbas ini adalah kiai yang sakti mandraguna. Kiai ini konon bisa terbang dan banyak menjatuhkan pesawat-pesawat milik Belanda dan sekutu sewaktu menggempur kota Surabaya.

“Saya sempat tidak percaya dengan cerita itu,” ujar Gus latif.

Namun, dari pengakuan rekannya, Dekan Fakultas MIPA ITS Surabaya, Agus Zainul yang pernah ke Jepang, pernah bertemu dengan orang Jepang yang pernah ditugaskan di Surabaya pada waktu itu.

Orang Jepang itu mengaku melihat bahwa pasukan Indonesia saat perang itu aneh-aneh. “Mungkin termasuk Kiai Abbas ini yang bisa terbang. Kiai Abbas juga melempari pesawat saat perang itu,” tambahnya.

Selain Kiai Abbas ada juga Kiai Muhaiminah. Jika Kiai Abbas dijuluki Divisi Angkatan Udara, Kiai Muhaiminah ini dijuluki Divisi Infanteri NU.




Follow Berita Pikirpediadi Google News


Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Pikirpediahanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya

Dalam perang 10 November 1945, kiai ini lebih banyak berurusan dengan senjata-senjata yang digunakan oleh rakyat Indonesia, yakni bambu runcing. Kata Gus Latif, sebelum berangkat perang, sejumlah bambu runcing yang digunakan untuk berparang dicelupkan air oleh Kiai Muhaminah. Air tersebut sebelumnya telah diberi lantunan doa atau asma’.

“Sebelum perang Kiai ini mengasma’i air dan kemudian bambu runcing dan sejata yang digunakan saat perang dicelupkan,” katanya.

Hingga saat ini pondok pesantren tempat Kiai Muhaiminah masih ada dan nama bambu runcing diabadikan sebagai nama ponpes tersebut di daerah Parakan, Teman.


Example 300250

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *