Example 728x250
Berita

Kisah Soekarno-Hatta Sahur Pakai Sarden Campur Telur saat Garap Teks Proklamasi : PikirpediaNasional

×

Kisah Soekarno-Hatta Sahur Pakai Sarden Campur Telur saat Garap Teks Proklamasi : PikirpediaNasional

Share this article

[ad_1]

BULAN suci Ramadhan 1364 Hijriah, dua proklamator yakni Soekarno dan Mohammad Hatta, yang ditemani Achmad Soebardjo “lembur” untuk merampungkan teks proklamasi, di rumah Shoso atau Laksamana Muda (Laksda) Tadashi Maeda, di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat.

Teks proklamasi yang semalaman dipikirkan untuk kemudian dituliskan Bung Karno yang lantas diketik Sayuti Melik, di rumah Laksamana Maeda, seorang perwira tinggi Kaigun (Angkatan Laut) Jepang yang bersimpati dengan upaya kemerdekaan Indonesia.

Rumah Laksamana Maeda yang jadi “safe house” pasca-sejumlah kejadian teror pemuda hingga “penculikan” Rengasdengklok yang kini, sudah beralih fungsi menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Di sebuah ruang besar di salah satu sudut rumah Maeda itu, Soekarno-Hatta dan Soebardjo berpikir keras bersilang pendapat dalam “pekerjaan lemburnya”. Karena yang mereka kerjakan menentukan arah bangsa Indonesia pascamerdeka.

Sementara para pemuda lainnya yang menunggu di ruang tamu, sembari menghitung waktu sampai memasuki waktu makan sahur. Baru sekira lewat pukul 4 subuh, teks proklamasi diselesaikan.


Follow Berita Pikirpediadi Google News


Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Pikirpediahanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya

Bung Karno dan Bung Hatta pun bergiliran keluar ruangan, untuk santap sahur dengan menu seadanya yang disiapkan para asisten rumah tangga Maeda. Menu yang sayangnya minus nasi, hanya ada ikan sarden, telur dan roti

“Lewat pukul 04.00 subuh, perumusan naskah proklamasi rampung. Soekarno melangkah keluar setelah mengambil makanan di dapur untuk sahur. Hatta menyusul, seusai membuka sekaleng ikan sarden dan mencampurnya dengan telur,” tulis Rosihan Anwar dalam ‘Sutan Sjahrir: True Democrat, Fighter for Humanity 1909-1966’.

Selepas sahur, kedua proklamator pun pulang dengan Hatta diantar mobil Soekarno. Hampir tidak ada percakapan yang keluar dari mulut mereka, saking lelah dan terkurasnya tenaga, pikiran dan emosi mereka dalam beberapa hari terakhir.

“Semoga saja apa yang kita upayakan selama ini untuk Indonesia Merdeka, dapat berguna bagi anak cucu kelak,” cetus Bung Karno memecah keheningan.

“Ya, aku juga berharap demikian,” jawab Hatta sembari mengangguk pelan, sebagaimana dikutip buku ‘Hatta: Aku Datang karena Sejarah’ oleh Sergius Sutanto.


Example 300250

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *