Example 728x250
Berita

Menengok Keajaiban Ramadhan di Tanah Para Nabi : PikirpediaNasional

×

Menengok Keajaiban Ramadhan di Tanah Para Nabi : PikirpediaNasional

Share this article

[ad_1]

 

DAMASKUSSuriah atau yang lebih akrab dijuluki dengan Tanah Para Nabi sebab histori yang mencatat bahwa para manusia pilihan sejak Nabiyullah Ibrahim Alaihissalam hijrah sampai Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam berdagang saat masa mudanya ke Bumi Syam adalah salah satu negara di benua Asia bagian barat, yang bersebelahan dengan Laut Mediterania, dan diapit oleh Lebanon dan Turki di barat dan utara, juga Yordania dan Palestina di bagian selatan.

Negara yang dominan oleh iklim yang panas sebab sebagian besar wilayahnya adalah bukit dan padang pasir yang kering, meski begitu negara ini tetap memiliki 4 musim yang secara teratur setiap tahunnya, dan ketika musim dingin tiba, tak jarang butiran salju ikut merayakan tanah ini.

Sejak abad ke-7, Suriah dikuasai oleh dinasti-dinasti islam, sebut saja Umawiyyah, Abbasiyah, Ayyubiyah, Mamluk, juga Ottoman, sehingga akan banyak sekali peninggalan serta situs bersejarah yang masih ada hingga saat ini, khususnya dari Dinasti Bani Umawiyyah, seperti Jami’ Al Umawi, Sahah Al Umawiyyin dengan Monumen Pedang Damaskusnya yang ikonik.

(Ramadhan di Tanah Para Nabi)

Keajaiban Ramadhan

Sebagai perantau yang tinggal di negara yang jauh dari kampung halaman, sudah tentu akan ada berbagai kejadian serta peristiwa yang sebelumnya tidak ditemukkan seperti halnya di tanah air tercinta, Indonesia.

Adzani Wildan Muslim, yang akrab disapa Adzan, adalah salah satu dari 197 mahasiswa Indonesia di Suriah, menceritakan bahwa ia turut merasakan perbedaan yang nyata antara ramadhan di Suriah dengan di Indonesia, ia melihat berbagai keajaiban yang mungkin tak pernah ia bayangkan sebelum menapakkan kakinya di Tanah Para Nabi ini.





Follow Berita Pikirpediadi Google News


Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Pikirpediahanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya

Sunnah Sahur yang Hebat

Dia melihat kebiasaan sahur di negeri ini tidak hanya sekedar makan dan minum untuk menguatkan tubuh di siang hari ramadhan, lebih dari itu yakni ketakjuban terhadap ulama, warga, serta para penuntut ilmu dari berbagai negara di tempatnya belajar, ialah menganggap sahur sebagai ajang untuk membiasakan diri bangun di sepertiga akhir malam serta merenungi tanda-tanda kekuasaan Allah yang Maha Besar yang tersimpan di dalamnya.

Sebab, menurut hadits dari Abu Hurairah (diriwayatkan), bahwa Rasulullah saw bersabda: Tuhan kami (Allah) tabaraka wa ta‘ala turun ke langit dunia setiap malam ketika sepertiga malam yang terakhir seraya berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampun kepada-Ku, maka akan Aku ampuni [H.R. al-Bukhari dan Muslim, dengan lafaz al-Bukhari].

Selain memandang waktu sahur sebagai waktu yang berkah, Para Ulama Negri Syam khususnya juga berpandangan bahwa kegiatan sahur itu sendiri adalah berkah, sehingga jika kita menggunakan kacamata yang sama seperti yang dilakukan oleh Para Ulama, niscaya sahur kita bukanlah sekedar sahur biasa akan tetapi jauh lebih bermakna dan mendapat ganjaran yang besar dan nyata.

Bukan Sembarang Iftar

Setelah melaksanakan siang yang panjang di bulan ramadhan, yakni sekitar 14 jam lamanya, tidak berhenti di sana ketakjuban yang dirasakan oleh Adzan, sebab tepat setelah terbenamnya matahari, dan terkumandanglah “Allahu Akbar Allahu Akbar” dari masjid-masjid yang saling bersahutan, lagi-lagi mereka tidak memaknai iftar sebagaimana biasanya.

Iftar bukanlah ajang balas dendam atas rasa lapar dan haus yang dirasakan di tengah teriknya surya dan juga sesekali dingin yang menusuk tubuh, mereka memaknai iftar tersebut yakni sebagai sarana mendapatkan kecintaan (mahabbah) dari Allah dan Rasul-Nya sebab sangat tipis perbedaan antara keduanya, yakni dalam niat ketika melakukannya.

Mereka mengisi kegiatan baik sebelum dan saat iftar dengan berbagai macam kegiatan yang postif, misalnya seperti yang dilakukan oleh Isa Roee, seorang pelajar dari Malaysia di Suriah, ketika diwawancarai tentang bagaimana Ramadhan di Tanah Para Nabi ini, ia menjelaskan bahwa ibadah seperti tadarus Al-Qur’an, berdzikir, Muroja’ah serta ibadah lainnya yang dilakukan bersama-sama dengan banyak pelajar dari berbagai negara lain, seperti Indonesia, India, Pakistan, Guinea, Malawi, Burkina Faso, Thailand, Filipina dan lainnya hingga terasa lebih syahdu dan menyenangkan.

“Ramadhan adalah bulannya umat islam, bulan untuk berlomba-lomba berbuat kebajikan dan beribadah sebanyak-banyaknya, sebab ganjaran (pahala) saat ramadhan dilipat gandakan, sehingga sangat disayangkan bila penuntut ilmu seperti kami khususnya menyia-nyiakan momentum emas ini.” tutur Isa Roee.

Maka, sudah sepantasnya bagi kita untuk mencontoh semangat yang membara dari para ulama, warga, juga para pelajar yang berada di Tanah Para Nabi ini, besar harapan kita mampu memaksimalkan Ramadhan tahun ini dengan sebaik-baiknya, sebab tak ada satupun jaminan untuk kita dapat berjumpa lagi dengan Ramadhan di tahun yang akan datang.

Dan ya, inilah Ramadhan kami, Ramadhan Spektakuler di Tanah Para Nabi.

Adzani Wildan Muslim

Mahasantri Cham International Islamic Center, Damaskus

PPI Suriah


Example 300250

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *